Minggu, 18 Januari 2015

Satu Nafas


Akhirnya menemukan hobby baru setelah banyak jalur pendakian gunung tutup pada bulan januari. dimusim penghujan memang riskan dan terlalu beresiko untuk melakukan pendakian ketika curah hujan tidak menentu dan jalur tanah menjadi lumpur akhirnya aku memilih mencari alternatif kegiatan ,free diving. free diving sebenarnya bukan hobby baru di Indonesia khususnya Jakarta. banyak hal yang harus diketahui pemula seperti saya ,salah satunya adalah teknik menahan nafas. ada 3 fase menahan nafas mengutip dari web www.freediverindonesia.com : 

Tiga Fase saat Menahan Napas

Salah satu pertanyaan yang sering dipertanyakan saat akan mengikuti edukasi freediving adalah...

"Bagaimana saya bisa tahu kalau saya sudah mencapai titik batas kemampuan dalam menahan napas?"

Berikut penjelasan yang sederhana tentang menahan napas yang terbagi dalam tiga fase.

Tiga Fase yang dialami saat Menahan Napas

Pada dasarnya setiap orang yang menahan napas, tidak terkecuali walau Anda seorang yang sudah berpengalaman dalam freediving, Anda pasti akan mengalami ketiga fase ini saat menahan napas, yaitu;

Fase pertama, tidak ada dorongan untuk bernapas. Pada umumnya merasa nyaman pada fase ini.
Fase kedua, mulai merasakan efek dari CO2 yang semakin bertambah. Adanya dorongan untuk bernapas.
Fase ketiga, fase terakhir, dorongan yang kuat untuk bernapas yang didominasi oleh kontraksi pada diafragma dan tingkat O2 yang semakin rendah.


Jadi apa arti fase-fase ini bagi Anda? Berikut penjelasannya :

Jika Anda 'naik' (berhenti menahan napas) saat Anda baru merasakan adanya dorong untuk bernapas maka Anda sudah kehilangan dua fase yang dapat memperlama waktu Anda didalam air.

Jika Anda merasakan kontraksi pertama Anda, Anda panik dan 'naik' (berhenti menahan napas), maka Anda sudah melewati fase ketiga yang masih bisa memperlama waktu Anda.

Jika Anda melihat grafik diatas, Anda akan melihat bagian 'zona berbahaya' yang sudah mendekati zona akrhir Anda. Pada tahap ini Anda sudah mencapai ambang terendah tingkat O2 Anda. Belajarlah untuk mengidentifikasi 'zona' ini untuk mendapatkan pelatihan yang progresif.

Peraturan Tambahan

Setelah kita mengalami kemajuan dalam pelatihan, kita dapat memperpanjang napas hingga tahap ketiga, sehingga dapat memperpanjang waktu maksimum menahan napas kita. Kita mulai meningkatkan toleransi terhadap CO2, sehingga dapat merasakan fase kedua kemudian fase ketiga dan kita dapat memperlama waktu ketika fase ketiga itu muncul. Kita dapat meningkatkan kemampuan tubuh kita agar terbiasa dengan tingkat kadar oksigen yang lebih rendah dari normal, sehingga dapat memperlama waktu pada fase ketiga.

Zona Berbahaya

Hal yang paling berbahaya dari semua kegiatan menyelam adalah jika tekanan parsial oksigen dalam otak mencapai titik dimana ia tidak bisa lagi mempertahankan kesadaran. Seiring dengan adanya kemajuan dalam pelatihan, secara perlahan kita memaksakan tingkat CO2 dari awal hingga akhir (kita juga memaksa tingkat O2 dari awal hingga akhir, tetapi sering kali lebih lambat karena tergantung pada kondisi dan kebugaran tubuh kita), belajarlah untuk membiasakan diri dengan kondisi pada fase kedua dan fase terakhir yang membawa kita lebih dekat pada 'zona berbahaya'. Mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mencapainya.

Pada kenyataannya, freediver pemula (selama mereka mengikuti pedoman pelatihan dan melakukan pelatihan secara formal) mereka tidak mungkin mengalami resiko blackout atau LMC (Loss of Motor Control) dibandingkan dengan freediver yang sudah berpengalaman, karena freediver pemula memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap tingkat CO2 sehingga mereka akan lebih cepat 'naik' (berhenti menahan napas), jauh dari 'zona berbahaya'. Seorang freediver yang sudah berpengalaman, dengan toleransi yang lebih tinggi terhadapa tingkat CO2 akan lebih sering memaksakan diri dari fase kedua hingga fase ketiga dimana sudah mencapai ambang terendah tingkat O2 yang dapat menyebabkan LMC (Loss of Motor Control) dan resiko terburuk yaitu blackout. Zona aman pada tingkat CO2 ini sangatlah penting dan menjadi pedoman bagi kita saat melakukan penyelaman dengan batasan ini, RESPECT IT and BE SAFE!

Ingat, artikel ini merupakan panduan yang sangat kasar tentang menahan napas. Panduan ini agar freediver dapat mengetahui dan fokus saat mereka melakukan pelatihan, dan khususnya bagi freediver pemula mereka dapat mengetahui dan menilai fase-fase yang mereka alami saat menahan napas.

Sebelum Anda memutuskan untuk melatih agar napas Anda lebih panjang, silahkan mempertimbangkan diri untuk mengambil kursus freediving terakreditasi yang ada disekitar Anda. Always dive with a buddy, never dive alone!

Sumber : Freedive UK - The freediving breath-hold rule of thirds

Senin, 20 Oktober 2014

Penulis

Lampung,17 Agustus 2014


Mungkin menulis adalah kegiatan yang "sangat membosankan" bagi sebagian orang, tetapi tanpa kita sadari kita tak akan menjadi apa-apa ketika ilmu yang kita punya tak dapat dinikmati oleh generasi-generasi setelah kita karena kita tidak meninggalkan apa-apa. mungkin juga hal ini yang menjadikan saya menulis blog ini selain untuk tugas kuliah tentunya.



Mengutip sebuah quote dari seorang mahasiswa dan juga dosen salah satu pendiri MAPALA UI,
"Patriotisme tidak akan tumbuh dari hipokrasi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung."                                                                                                            -SOE HOK GIE-
Memang benar adanya kata-kata Soe Hok Gie diatas, kali ini saya merasakan cinta kepada Tanah Air dengan melakukan hal yang lebih indah, bukan hanya untuk sekedar jalan atau refreshing setelah penat dengan segala kegiatan di ibu kota. Merayakan hari kemerdekaan di atas gunung yang berada di tengah laut (anak gunung krakatau).Puncak Anak Gunung Krakatau Lampung 17 Agustus 2014 saya bersama teman lainnya menyanyikan lagu Indonesia Raya ditempat ini.

Minggu, 05 Oktober 2014

Time Lapse


Seni Video Timelapse mulai marak sejak kemunculan DSLR. karena fungsi utama DLSR yang mempunyai kemampuan mengambil foto diam dengan kualitas yang relatif lebih pro daripada kamera biasa. teknik ini dibilang sangat artistik dan dinamis untuk menggambarkan pergerakan objek. karena penonton akan disajikan keseluruhan proses objek tersebut hingga titik 'finish'.

Timelapse photography adalah pengembangan dari bidang fotografi yang menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu menjadi sebuah klip video pendek. Periode pemotretan umumnya berdurasi lama, bisa hingga berjam-jam, sedangkan timing pengambilan foto bisa dibuat berkala setiap beberapa detik hingga menit, tergantung kebutuhan. Obyek yang difoto biasanya adalah obyek yang punya gerakan sangat lambat, seperti gerakan awan, matahari, bulan, bintang dan sebagainya. 

disini saya akan postingkan salah satu contoh Timelapse sederhana yang saya buat :


Tujuan dari timelapse photography pada awalnya adalah untuk kebutuhan penelitian, dimana gerakan yang sangat lambat direkam dan ditampilkan dalam laju yang dipercepat untuk diamati gerakannya (hal yang berkebalikan dengan slow motion video). Untuk gerakan yang amat sangat lambat bahkan timelapse bisa dibuat periodik dalam hitungan menit (bukan detik), misal untuk mempelajari pertumbuhan tanaman / bunga, peneliti memotret setiap 15 menit selama berhari-hari. Kini timelapse menjadi lebih mudah karena sudah didukung oleh peralatan fotografi modern dan banyak contoh yang menginspirasi para fotografer untuk membuat konsep serupa. Tentu saja tantangan yang lebih sulit adalah menemukan ide apa yang mau difoto, berapa lama durasinya dan barulah memikirkan teknis fotografinya.

dulu membuat video timelapse tidak semudah yang dibayangkan karena menggunakan DSLR. halangan nomor satu adalah, BOSAN. yang kedua adalah, CARD FULL.
Dalam perkembangannya saat ini kita dimanjakan oleh kemajuan teknologi, bahkan contoh yang saya buat tidak menggunakan DSLR, akan tetapi hanya menggunakan Smartphone yang ditelah diinstall aplikasi untuk membuat time lapse.